TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Putra Mahkota {2}



Putra Mahkota {2}

0Sementara itu di kerajaan langit, semuanya tampak tengah bersiap. Sama seperti saat pengangkatan Putra Mahkota biasanya, langit pun seolah sedang merayakan kesenangan jyga, rembulan yang merah jambu dan diikuti oleh tarian burung-burung phoenix benar-benar sangat membuat semua orang yang ada di sana takjub. Namun ada satu yang kurang, sebuah pengesahan yang nyata dari sosok yang tak bisa terbantahkan. Ya, sang naga suci. Sanga naga suci yang melambangkan penunjukan tahta itu pun tidak ada sama sekali. tidak tampak dan seolah enggan untuk datang merestui apa yang terjadi.     
0

Xie Minh Zhen memandang langit dengan mimik wajah kesalnya, dia sudah mengenakan jubah kebesarannya, tanpa mengatakan apa pun dia kembali memandang sosok yang ada di langit kemudian dia kembali mendengus lagi.     

"Putraku, apa yang sedang kau tunggu ini? kenapa kau tampak begitu sangat risau? Bukankah sekarang waktumu untuk mengatakan semuanya kepada Yang Mulia Raja? Kau harus meminta restu dulu kepada Yang Mulia Raja serta Yang Mulia Ratu sebelum prosesi pengangkatanmu sebagai Putra Mahkota kerajaan Langit berlangsung. Apa kau tahu, putraku. Aku benar-benar sangat bahagia. Saking bahagianya sampai aku sendiri tak tahu harus berbuat apa sekarang. aku benar-benar tak menyangka jika semuanya akan berubah menjadi seperti ini. impian kita, mimpi kita, ambisi serta apa yang kita harapkan akan terwujud. Semuanya hanya ada di depan mata dan kita hanya tinggal menunggu untuk mendapatkan yang terbaik, menjadi sosok baik di antara yang baik lebih dari siapa pun itu. kau harus bisa mengambil hati ayahmu, Ratu, juga semua Dewa yang ada di langit. setelah semua itu kalu lakukan dan berjalan dengan lancar, aku yakin semuanya akan bertekuk lutut kepadamu. Dan jabatan Raja akan kamu raih dengan kedipan mata,"     

"Tidak, Ibu. Tidak… aku sedang mengutuk langit karena aku sangat kesal kepada langit. lihatlah, Ibu. Lihatlah, langit seolah enggan melihatku bahagia. Sekarang adalah malam pengangkatanku sebagai Putra Mahkota kerajaan langit. tapi bagaimana bisa naga suci tidak mau menampakkan diri. Naga suci malah memilih untuk menghilang sama sekali. kenapa dengan dia? Apakah dia telah bersekutu dengan Dewa Li? Di mana dia juga enggan untuk menyaksikan kemenanganku ini. apakah sikap dengki dan irinya karena kedudukanku telah membuat mereka buta? Aku tidak akan pernah membiarkan ini, ketika aku nanti menjadi Raja lihat saja, Dewa Li, dan naga suci tidak akan pernah aku anggap bagian paling penting di langit ini, dan aku akan membuat perhitungan kepada mereka, Ibu,"     

"Kenapa kau risau dengan naga suci, putraku?" tanya Selir Meng kemudian, dia pun ikut memandang langit. meski hatinya sebenarnya juga snagat kesal bukan main dengan apa yang terjadi. bagaimana tidak, dia agaknya tidak terima jika langit tak merestui anaknya, sebab bagaimanapun dia tahu jika anaknya juga merupakan seolah Pangeran yang sangat patut untuk dihormati oleh siapa pun, dan tidak munculnya naga suci benar-benar seolah sedang mempermalukan putranya sendiri. Tapi Selir Meng tidak mau lantas mengatakan itu kepada putranya, dia harus bisa mencairkan suasana, dia harus memberitahu putranya jika hal tersebut bukanlah menjadi masalah besar yang harus dirisaukan oleh banyak orang. "Yang terpenting kau menjadi Putra Mahkota Kerajaan Langit, yang terpenting kau adalah pemenangnya sekarang, persetan dengan naga suci juga Dewa Li. Memangnya mereka punya kekuatan apa? Apakah mereka bisa membawa Putra Mahkota Liao Xuan datang kesini? Tidak kan? mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk itu, putraku. Jadi tenanglah, jangan pernah berpikir jika apa yang kau lakukan itu tidak direstui. Dengan lancarnya acaramu bahkan nyaris tanpa kendala adalah suatu bukti jika kau direstui oleh langit putraku. Jadi kau tak perlu merisaukan apa pun itu."     

Mendengar hal itu, agaknya hati Xie Ming Zhen sedikit lega. Dia memang selalu bisa mengandalkan ibunya dalam menenangkan pikirannya yang risau. Jangankan istrinya, ya dia punya istri sama seperti dia tidak emmilikinya sama sekali. bagaimana tidak, bahkan sampai detik ini istrinya seolah tak peduli sama sekali dengan dia. Istrinya benar-benar tidak mendukungnya sam sekali. Xie Ming Zhen tampak menaruh dendam, setelah dia bisa merebut calon istri milik adik tirinya, sekarang dia telah berhasil merebut kedudukan saudara tirinya. Dan terakhir itu adalah bukti jika saudara tirinya tidak memiliki hak apa-apa lagi tentang semua yang ada di dalam langit dan semesta ini.     

"Baiklah Ibu, kalau begitu aku akan pergi ke tempat Yang Mulia Raja dan Yang Muli ratu untuk meminta restu, biar bagaimanapun juga keduaya memang sudah menganggapku sebagai sosok anak. Jadi anak yang baik bukankah yang harus berbakti kepada orangtuanya," kata Xie Ming Zhen dengan semangat dia kemudian menata kembali jubah kebesarannya, sebuah jubah berwarna hitam dengan seluruhya sulaman benang terbuat dari emas dan itu tampak benar-benar sangat mewah dana gung, meski entah kenapa yang seharusnya dia mengenakan warna putih yang melambangkan kesucian langit, tapi dia malah memilih hitam. Untuk kemudian dia pun berjalan bersama dengan para pengawalnya menuju kediaman Raja dan Ratu langit.     

"Suamiku," Ratu Langit tampak diam, dia memandang suaminya yang kini sedang bersiap, keudian dia membantu suaminya menaruh mahkota itu di kepala suaminya. "Apakah ini keputusan yang baik?" tanya Ratu Langit lagi. Raja Langit tampak memandang ratunya itu dengan dahi berketut kemudian dia menghela napas panjangnya.     

"Apakah kau termakan ucapan dari Dewa Li?" tanya Raja Langit yang kini tampak sedang memperhatikan penampilannya. Ratu Langit pun menghela napas panjang kemudian dia kembali memandang suaminya.     

"Bukan, bukan sama sekali. meskipun kepalaku berpikir sepetti itu, singgasana untuk Putra Mahkota kosong terlalu lama juga bukanlah hal baik. apalagi di sini masih ada Pangeran yang lebih tua yang mungkin akan pantas untuk menyandang gelar Putra Mahkota sementara. Namun apa yang dikatakan oleh Dewa Li ada benarnya juga, Yang Mulia. Kita melakukan penunjukkan pangkat ini bukan karena kita yang ingin, namun langit. langitlah yang menunjuk Putra Mahkota untuk menjadi seorang Raja abadi selanjutnya, dan sekarang juga aku tak melihat sama sekali ada naga suci yang mengitari langit kita. itu pertanda jika naga suci tidak metrestui kita, Yang Mulia."     

"Istriku—"     

"Bahkan, kau juga belum bahkan tidak sama sekali berusaha untuk mencari siapa gerangan yang telah menusuk Dewi Anqier, belum mencari siapa yang telah membuat putra kita melakukan penusukan dengan gelap mata, kau langsung memberi hukuman kepada putra kita, tanpa mempertimbangkannya denganku dulu. Kau pikir aku ini apa, suamiku? Kau pikir aku ini apa? Aku ini adalah seorang Ibu, suamiku. Aku adakah Ibu dari anakku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.